Makalah Sejarah Muhammadiyah


MAKALAH
SEJARAH  MUHAMMADIYAH

 



                                         





DOSEN PEMBIMBING:

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

                        1.        A

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018/2019



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, berkat izin Allah yang Maha Besar, makalah yang berjudul Sejarah Muhammadiyah ini telah selesai kami garap. Di dalam makalah ini kami menjelaskan latar belakang berdirinya organisasi Muhammadiyah, profil singkat KH. Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah, visi dan misi Muhammadiyah, tujuan Muhammadiyah dan gerakan Muhammadiyah.
Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya.

                                                                             Makassar, 9 Desember 2018


                                                                                         Penyusun






DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A.  Latar Belakang............................................................................................4
B.  Rumusan Masalah.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5
A.  Latar Belakang Muhammadiyah................................................................5
B.   Faktor-faktor yang Melatar Belakangi Berdirinya Muhammadiyah..........6
C.   Visi dan Misi Muhammadiyah...................................................................8
D.  Tokoh Pendiri Muhammadiyah..................................................................9
E.   Maksud dan Tujuan Muhammadiyah........................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................14
A.    Kesimpulan..............................................................................................14
B.     Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15







BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
Berdasarkan itu kami ingin menggali lebih dalam tentang Muhammadiyah yang satu-satunya menjadi organisasi masa islam yang modern tanpa mengesampingkan ajaran islam itu sendiri.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang berdirinya Muhammadiyah?
2.      Apa saja faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah?
3.      Apa visi dan misi Muhammadiyah?
4.      Siapa tokoh pendiri Muhammadiyah?
5.      Apa maksud dan tujuan didirikannya Muhammadiyah?



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia.
Keinginan dari Kiyai Haji Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangan dan da’wah untuk nenegakan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid.
Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara dalam awal bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang berhubuaan dengan prinsif akidah islam yag menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat islam Indonesia.
Keterbelakangan umat islam indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi keterbelakangan. Keterbelakangan umat islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam yang berpikir moderen. Kesejarteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat islam indonesia.
Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek imperialalisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk hasil refolusi industeri yang melada erofa.
Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia diseluruh dunia untuk ’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang melanda erofa. Modernisasi yang terhembus melalui model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-paham yang melahirkan moernisasi erofa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru islam yang rasional tetapi liberal dan sekuler.

B.  Faktor – Faktor Yang Melatar Beakangi Berdirinya Muhammadiyah
Setiap organisasi yang ada di dunia pada umumnya pasti memiliki faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya organisasi tersebut. Khususnya dalam organisasi Muhammadiyah memiliki beberapa faktor penting yaitu ada faktor dari dalam dan faktor dari luar. Berikut kami kutip dari situs resmi Muhammadiyah tentang faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah yaitu:
1.       Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam sendiri yang tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan islam.  Sikap beragama umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap beragama yang rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungai kehidupan umat islam, terutama dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam. Sikap beragama yang demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada awal abad ke 20 itu, tetapi merupakan warisan yang berakar jauh pada masa terjadinya proses islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti diketahui proses islamisasi di indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang dan kaum sufi memegang peranan yag sangat penting. Melalui merekalah islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh nusantara ini.
2.      Faktor eksernal
Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiah adalah faktor yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda. Faktor tersebut antara lain tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan kristenisasi.
Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak bumi putra, ataupun yang diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan bantuan financial dari pemerintah belanda. Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya lembaga pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad 20, yaitu pendidikan islam tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari kurikulumnya.
Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah colonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan menyudutkan tradisi nenekmoyang serta kurang menghargai islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler  anpa mengimbanginya dengan pendidiakan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah tankanya yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20.

C.   Visi Dan Misi Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf  nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah Subhanahu wa taala dalam kehidupan di dunia ini. Misi Muhammadiyah adalah:
1)      Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah Subhanahu wa taala yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
2)      Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
3)      Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4)      Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto
                                   
D.  Tokoh Pendiri Muhammadiyah
       Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.
       Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
       Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
       Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti
       Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.

E.  Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Segala hal yang dikerjakan oleh muhammadiyah didahului dengan adanya maksud dan tujuan tertentu. Dan dengan maksud dan tujuan itu pula akan mengarahkan gerak perjuangan gerak perjuangan, menentukan besar kecillnya kegiatan serta macam macam amal usaha muhammadiyah. Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagi berikut:
1.    Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta.
2.    Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya
Sejak pertama kali didirikan oleh Ahmad Dahlan sampai Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta tahun 2000. Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah telah mengalami tujuh kali perubahan redaksional, susunan bahasan dan istilah yang dipergunakan. Saat ini Muhammadiyah menggunakan rumusan yang dihasilkan saat Muktamar ke-34 di Yogyakarta, yaitu : “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”

Muhammadiyah juga hadir dengan ciri-ciri yang melekat dalam aktivis pergerakannya sebagai berikut :
1.    Muhammadiyah sebagai gerakan Gerakan Islam
            Muhammadiyah secara proaktif tampil mempelopori pembaharuan untuk   kesempurnaan. Karena Muhammadiyah merupakan gerakannya Islam, maka gerak- gerik langkah usahanya selalu berdasarkantuntunan agama Islam, sehingga segala sesuatunya dijalankan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh ajaran Islam.
            Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah, maka jelaslah bahwa sesungguhnya   kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena di ilhami, di motivasi dan di  semnangati oleh ajaran-ajaran Al Quran. Oleh karena itu, seluruh gerak dan  langkahnya tidak ada motif lain, kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip- prinsip ajaran Islam, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan,  kerumahtanggaan, perekonomian dan sebagainya yang tidak dapat dilepaskan dari  ajaran-ajaran Islam.
            Tegasnya, gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk  menampilkan wajah Islam dalam wujud yag riil, konkret dan nyata, yang daopat  dihayati dirasakan dan dinikmati oleh umat, sebagai rahmatan lil a’lamin.
2.    Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah
            Karena pola gerakannya berdasarkan pada QS. Ali Imran ayat 104, maka tampak  bahwa sifat gerakannya selalu mendakwahkan Islam, di tengah-tengah masyarakat  dalam berbagai bentuk. Dalam dakwah amar ma’ruf nai nahi mungkar Muhammadiyah mengarahkan kepada  dua bidang :
·      Bidang perorangan
Ø Orang yang telah masuk Islam, sifat dakwahnya adalah tajdid, yaitu pemurnian ajaran agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan dalam Al-Quran dan Al-Hadist, pemurnian itu meliputi :
Pemurnian Akidah, yaitu tauhid yang bersih dari tahayyul. Khutofat dan syirik serta pengamatan terhadap benda-benda serta pengeramatan terhadapan manusia baik yang hidup maupun yang sudah mati.

   Pemurnian Ibadah, yaitu membersihkan amal ibadah dari bid’ah dan taqlid, seperti : berkirim pahala kepada orang yang telah mati dengan bermacam-macam bacaan dan memperingatinya pada hari tertentu. Memurnikah Akhlak, yaitu berakhlak sesuai yang dituntunkan Nabi Muhammad SAW.
Ø Orang yang belum masuk Islam, sifat dakwahnya adalah seruan dan ajakan disertai dengan berbagai alasan dan penjelasan yang penuh dengan kebijaksanaan, sehingga akhirnya menjatuhkan pilihan Islam sebagai agama yang mampu menyelamatkan dirinya baik di dunia maupun di akhirat.
·      Bidang Masyarakat
        Sifat dakwahnya berupa bimbingan, perbaikan, dan peringatan kepada masyarakat, sambil meyakinkan mereka, bahwa perbaikan masyarakat akan mereka peroleh apabila mereka melaksanakan petunjuk-petunjuk Allah sebagai pedoman dalam segala segi kehidupannya. Semua itu dilaksanakansemata-mata untuk kemaslahatan masyarakat itu sendiri.
3.    Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid
            Muhammadiyah selalu melangkah dan bergerak sesuai tuntunan nash Al Quran dan Sunnah, serta menunjukkan metode-metode baru dalam melaksanakan ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan dan perkembangan masyarakat.
            Pada ciri ketiga ini yang sangat melekat pada gerakan Muhammadiyah adalah adanya gerakan tajdid atau reformasi. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al Quran dan Sunnah. Disamping itu juga sekaligus membersihkan berbagai amalan umat yang terang-terangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa bid’ah, khurafat dan syirik, karena bagi Muhammadiyah segala bentuk amalan yang bernuansa sinkretisme maupun formalis merupakan benalu  yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.

            Sifat tajdid yang dilakukan Muhammadiyah tidak hanya sebatas pengertian upaya pemurnian ajaran Islam dari kotoran yan menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan pembaharuan dalam hal cara-cara pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan shalat id, pelaksanaan qurban, dan sebagainya.
            Untuk membedakan antara keduanya, maka tajdid dalam pengertian ‘pemurnian’ dapat disebut dengan purifikasi dan tajdid dalam pengertian pembaharuan dapat disebut reformasi.
            Jadi jelas, bahwa persyarkiatan Muhammadiyah adalah merupakan sebuah gerakan tajdid yang tergolong dalam purifikasi sekaligus reformasi.


















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
       Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
B.  Saran
       Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Muhammadiyah”, kami dari kelompok 3 menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga belum sempurnanya makalah kami. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan teman-teman sekalian.











DAFTAR PUSTAKA

                               

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA

CONTOH MAKALAH SEDERHANA PENELITIAN RUMPUT LAUT