Makalah Sejarah Muhammadiyah
MAKALAH
SEJARAH
MUHAMMADIYAH
DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. A
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah, Rabb semesta alam. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah,
berkat izin Allah yang Maha Besar, makalah yang berjudul Sejarah Muhammadiyah
ini telah selesai kami garap. Di dalam makalah ini kami menjelaskan latar
belakang berdirinya organisasi Muhammadiyah, profil singkat KH. Ahmad Dahlan
selaku pendiri Muhammadiyah, visi dan misi Muhammadiyah, tujuan Muhammadiyah
dan gerakan Muhammadiyah.
Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan, yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
pembaca umumnya.
Makassar, 9 Desember 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar
Belakang............................................................................................4
B. Rumusan
Masalah.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5
A.
Latar Belakang
Muhammadiyah................................................................5
B. Faktor-faktor
yang Melatar Belakangi Berdirinya Muhammadiyah..........6
C. Visi
dan Misi Muhammadiyah...................................................................8
D. Tokoh
Pendiri Muhammadiyah..................................................................9
E. Maksud
dan Tujuan Muhammadiyah........................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................14
B. Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di
Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu
‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang
yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah
1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian
dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton
Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat
Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan
yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
Berdasarkan itu kami ingin menggali lebih dalam
tentang Muhammadiyah yang satu-satunya menjadi organisasi masa islam yang
modern tanpa mengesampingkan ajaran islam itu sendiri.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
latar belakang berdirinya Muhammadiyah?
2. Apa
saja faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah?
3. Apa
visi dan misi Muhammadiyah?
4. Siapa
tokoh pendiri Muhammadiyah?
5. Apa
maksud dan tujuan didirikannya Muhammadiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah
secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena berasal dari kata
Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi
berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber
pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau
November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah.
Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang
melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di
negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia.
Keinginan
dari Kiyai Haji Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan
sebagai alat perjuangan dan da’wah untuk nenegakan amar ma’ruf nahyi munkar yang
bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber
dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan gerakan tauhid.
Ketidak
murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam Indonesia, sebagai
bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi lokal nusantara
dalam awal bermuatan faham animisme dan dinamisme. Sehingga dalam prakteknya
umat islam di indonesia memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan
prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang berhubuaan dengan prinsif akidah
islam yag menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat.
Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat islam Indonesia.
Keterbelakangan
umat islam indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber keprihatinan untuk
mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi keterbelakangan. Keterbelakangan
umat islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam
peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya
generasi baru muda islam yang berpikir moderen. Kesejarteraan umat islam akan
tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat
islam indonesia.
Maraknya
kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme Eropa ke dunia
timur yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan
proyek imperialalisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain keinginan untuk
memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk hasil refolusi
industeri yang melada erofa.
Imperialisme
Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para penginjil untuk
menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia diseluruh dunia untuk
’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin modernisasi yang sedang
melanda erofa. Modernisasi yang terhembus melalui model pendidikan barat
(belanda) di indonesia mengusung paham-paham yang melahirkan moernisasi erofa,
seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan rasionalisme. Jika
penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru islam yang
rasional tetapi liberal dan sekuler.
B.
Faktor
– Faktor Yang Melatar Beakangi Berdirinya Muhammadiyah
Setiap organisasi yang ada di dunia pada umumnya pasti
memiliki faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya organisasi tersebut.
Khususnya dalam organisasi
Muhammadiyah memiliki beberapa faktor penting yaitu ada faktor dari dalam dan
faktor dari luar. Berikut kami kutip dari situs resmi Muhammadiyah tentang
faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri umat islam sendiri yang tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan
sistem pendidikan islam. Sikap beragama
umat islam saat itu pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap beragama
yang rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah masih menyelubungai kehidupan umat
islam, terutama dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh
tertanam. Sikap beragama yang demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada
awal abad ke 20 itu, tetapi merupakan warisan yang berakar jauh pada masa
terjadinya proses islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti diketahui proses
islamisasi di indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat
dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang dan kaum sufi
memegang peranan yag sangat penting. Melalui merekalah islam dapat menjangkau
daerah-daerah hampir diseluruh nusantara ini.
2. Faktor eksernal
Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran
Muhammadiah adalah faktor yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik
penjajahan kolonial belanda. Faktor tersebut antara lain tanpak dalam system
pendidikan kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan kristenisasi.
Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial
untuk anak-anak bumi putra, ataupun yang diserahkan kepada misi and zending
Kristen dengan bantuan financial dari pemerintah belanda. Pendidikan demikian
pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar
sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan.
Adanya lembaga pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad
20, yaitu pendidikan islam tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis
pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai,
tetapi juga dari kurikulumnya.
Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama
dalam sekolah-sekolah colonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan
colonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar kebudayaan
barat. Dengan corak pendidikan yang demikian pemerintah colonial tidak hanya
menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan
barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik
asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan
menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga
pendidikan ini lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan
menyudutkan tradisi nenekmoyang serta kurang menghargai islam, agama yang
dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih dikenalkan dengan
ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler anpa mengimbanginya dengan
pendidiakan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah tankanya
yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20.
C. Visi Dan Misi Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan
da’wah amar ma’ruf nahi munkar dengan
maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan
bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah,
akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan
mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau
mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di
muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang
berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya
senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi
mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat,
bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya yang diridhai Allah Subhanahu wa taala dalam kehidupan di
dunia ini. Misi Muhammadiyah adalah:
1)
Menegakkan
keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah Subhanahu wa taala yang
dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad
Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
2)
Memahami
agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk
menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
3)
Menyebarluaskan
ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir
untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4) Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan
pribadi, keluarga dan masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah
ke-39 Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto
D. Tokoh Pendiri Muhammadiyah
Kyai Haji
Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad Dahlan
adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara
yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Pendiri
Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor
penyebaran agama Islam di Jawa.
Silsilahnya
tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin,
Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig
(Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai
Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad
Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur
15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode
ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam
Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru
dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah
di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang
dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang
Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti
Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj
Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti
Disamping
itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la
juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan
juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan
Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai
Yasin Pakualaman Yogyakarta.
E. Maksud
dan Tujuan Muhammadiyah
Segala hal yang dikerjakan oleh muhammadiyah didahului
dengan adanya maksud dan tujuan tertentu. Dan dengan maksud dan tujuan itu pula
akan mengarahkan gerak perjuangan gerak perjuangan, menentukan besar kecillnya
kegiatan serta macam macam amal usaha muhammadiyah. Pada waktu pertama
berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagi berikut:
1.
Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk bumi-putra, di dalam
residensi Yogyakarta.
2.
Memajukan hal agama Islam kepada
anggota-anggotanya
Sejak pertama kali didirikan oleh Ahmad Dahlan sampai
Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta tahun 2000. Rumusan maksud dan tujuan
Muhammadiyah telah mengalami tujuh kali perubahan redaksional, susunan bahasan
dan istilah yang dipergunakan. Saat ini Muhammadiyah menggunakan rumusan yang
dihasilkan saat Muktamar ke-34 di Yogyakarta, yaitu : “Menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.”
Muhammadiyah juga hadir dengan ciri-ciri
yang melekat dalam aktivis pergerakannya sebagai berikut :
1. Muhammadiyah
sebagai gerakan Gerakan Islam
Muhammadiyah secara proaktif tampil
mempelopori pembaharuan untuk kesempurnaan.
Karena Muhammadiyah merupakan gerakannya Islam, maka gerak- gerik langkah usahanya selalu berdasarkantuntunan
agama Islam, sehingga segala sesuatunya dijalankan dengan cara-cara yang
dibenarkan oleh ajaran Islam.
Dari latar belakang berdirinya
Muhammadiyah, maka jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena di
ilhami, di motivasi dan di semnangati oleh ajaran-ajaran Al Quran.
Oleh karena itu, seluruh gerak dan langkahnya tidak ada motif lain,
kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip- prinsip
ajaran Islam, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan,
perekonomian dan sebagainya yang tidak dapat dilepaskan dari ajaran-ajaran
Islam.
Tegasnya, gerakan Muhammadiyah hendak
berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yag
riil, konkret dan nyata, yang daopat dihayati dirasakan dan dinikmati oleh
umat, sebagai rahmatan lil a’lamin.
2.
Muhammadiyah sebagai
gerakan Dakwah
Karena pola gerakannya berdasarkan
pada QS. Ali Imran ayat 104, maka tampak bahwa sifat gerakannya selalu
mendakwahkan Islam, di tengah-tengah masyarakat dalam berbagai bentuk. Dalam dakwah
amar ma’ruf nai nahi mungkar Muhammadiyah mengarahkan kepada dua bidang :
·
Bidang perorangan
Ø Orang
yang telah masuk Islam, sifat dakwahnya adalah tajdid, yaitu pemurnian ajaran
agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan dalam Al-Quran dan Al-Hadist,
pemurnian itu meliputi :
Pemurnian Akidah, yaitu tauhid yang bersih dari tahayyul. Khutofat dan syirik
serta pengamatan terhadap benda-benda serta pengeramatan terhadapan manusia
baik yang hidup maupun yang sudah mati.
Pemurnian Ibadah, yaitu membersihkan amal
ibadah dari bid’ah dan taqlid, seperti : berkirim pahala kepada orang yang
telah mati dengan bermacam-macam bacaan dan memperingatinya pada hari tertentu.
Memurnikah Akhlak, yaitu berakhlak sesuai yang dituntunkan Nabi Muhammad SAW.
Ø Orang
yang belum masuk Islam, sifat dakwahnya adalah seruan dan ajakan disertai dengan
berbagai alasan dan penjelasan yang penuh dengan kebijaksanaan, sehingga
akhirnya menjatuhkan pilihan Islam sebagai agama yang mampu menyelamatkan
dirinya baik di dunia maupun di akhirat.
·
Bidang Masyarakat
Sifat dakwahnya berupa bimbingan,
perbaikan, dan peringatan kepada masyarakat, sambil meyakinkan mereka, bahwa
perbaikan masyarakat akan mereka peroleh apabila mereka melaksanakan
petunjuk-petunjuk Allah sebagai pedoman dalam segala segi kehidupannya. Semua
itu dilaksanakansemata-mata untuk kemaslahatan masyarakat itu sendiri.
3.
Muhammadiyah Sebagai
Gerakan Tajdid
Muhammadiyah selalu melangkah dan
bergerak sesuai tuntunan nash Al Quran dan Sunnah, serta menunjukkan
metode-metode baru dalam melaksanakan ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan
dan perkembangan masyarakat.
Pada
ciri ketiga ini yang sangat melekat pada gerakan Muhammadiyah adalah adanya
gerakan tajdid atau reformasi. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah menempatkan
diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran
ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al Quran dan Sunnah. Disamping
itu juga sekaligus membersihkan berbagai amalan umat yang terang-terangan
menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa bid’ah, khurafat dan syirik, karena
bagi Muhammadiyah segala bentuk amalan yang bernuansa sinkretisme maupun
formalis merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.
Sifat tajdid yang dilakukan
Muhammadiyah tidak hanya sebatas pengertian upaya pemurnian ajaran Islam dari
kotoran yan menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah
melakukan pembaharuan dalam hal cara-cara pelaksanaan ajaran Islam dalam
kehidupan bermasyarakat, semacam penyantunan terhadap fakir miskin dan anak
yatim, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan shalat id, pelaksanaan qurban,
dan sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya,
maka tajdid dalam pengertian ‘pemurnian’ dapat disebut dengan purifikasi dan
tajdid dalam pengertian pembaharuan dapat disebut reformasi.
Jadi jelas, bahwa persyarkiatan Muhammadiyah
adalah merupakan sebuah gerakan tajdid yang tergolong dalam purifikasi
sekaligus reformasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah
salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil
dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah
juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad
Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman
Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang
bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan.
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan
sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan
jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau
tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya
berdasarkan Qur`an dan Hadist.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah
Muhammadiyah”, kami dari kelompok 3 menyadari bahwa masih banyak kesalahan
sehingga belum sempurnanya makalah kami. Maka kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari dosen pembimbing dan teman-teman sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar