MAKALAH FILSAFAT ILMU ONTOLOGI HAKIKAT ILMU
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penyusunan Makalah yang berjudul Ontologi Hakikat Ilmu ini dapat diselesaikan dengan harapan dapat
memberi manfaat bagi masyarakat luas.
Selama penulisan makalah ini penulis
merasa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga mengenai
Filsafat khususnya seputar Ontologi Hakikat Ilmu. Sejumlah referensi guna
mempertajam pembahasan hasil penulisan makalah ini disusun atas saran petunjuk
para pembimbing, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu terselesaikannya makalah ini, semoga Tuhan mencatatnya sebagai amal
baik, aamiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini dimasa yang akan datang.
BAB
I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Ontologi adalah salah satu studi
filosofis tertua, yang berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas tentang
keberadaan hal-hal tertentu. Karakter Yunani dengan pandangan ontologis disebut
Thales, Plato dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang tidak membedakan
antara penampilan dan kenyataan. Thales adalah seorang filsuf terkenal yang
pernah menyimpulkan bahwa air adalah substansi terdalam darimana segala sesuatu
berasal.
Pembicaraan mengenai hakikat sangatlah luas, meliputi
segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat ada adalah kenyataan
sebenarnya bukan kenyataan sementara atau berubah-ubah. Secara
ringkas Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta.
Pada hakikatnya aktifitas ilmu
digerakkan oleh pertanyaan yang didasarkan pada tiga masalah pokok yakni:
Apakah yang ingin diketahui, bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan apakah
nilai pengetahuan tersebut.Kelihatannya pertanyaan tersebut sangat sederhana,
namun mencakup permasalahan yang sangat asasi. Maka untuk menjawabnya
diperlukan sistem berpikir secara radikal, sistematis dan universal sebagai
kebenaran ilmu yang dibahas dalam filsafat keilmuan. Ontologi juga merupakan salah satu dari obyek garapan
filsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas
yang ada (Being), baik berupa wujud fisik (al-Thobi’ah) maupun metafisik (ma
ba’da al-Thobi’ah).
b. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dan
bidang kajian Ontologi?
2. Apa saja macam-macam
Aliran-aliran Ontologi?
3. Apa yang menjadi
Aspek dan manfaat Ontologi?
c.
Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian dan bidang kajian Ontologi
2. Menjelaskan
Aliran-aliran Ontologi
3. Menerangkan Aspek dan
Manfaat Ontologi Ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Ontologi
Sebagai suatu disiplin ilmu, filsafat
tentunya akan mengalami dinamika dan perkembangan yang didasarkan pada dinamika
dan perkembangan ilmu-ilmu lain yang biasanya berbeda. Filsafat sebagai
disiplin ilmu telah melahirkan tiga cabang penelitian. Ketiga cabang penelitian
tersebut adalah teori alam (ontologi), teori pengetahuan (epistemologi) dan
teori nilai (aksiologi).
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha
untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy
dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu On=being, dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The
Theory of Being Qua Being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa
ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai yang “ada”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
·
Menurut bahasa, ontologi berasal
dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu
tentang hakikat yang ada.
·
Menurut istilah, ontologi adalah
ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan Kenyataan yg asas,
baik yang berbentuk jasmani / konkret, maupun rohani / abstrak.
2.
Bidang Kajian Ontologi
Ontologi pertama kali dikemukakan
oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636, yang menamakan teori esensi metafisik.
Dalam proses perkembangannya, Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika
menjadi dua bagian: metafisika biasa dan metafisika khusus. Metafisika umum
adalah istilah lain untuk ontologi. Pada saat yang sama, metafisika spesifik masih
terbagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi. Objek penelitian ontologi
adalah inti dari semua realitas. Nantinya, objek ini menghasilkan sudut pandang
(opini) / mazhab pemikiran dalam penelitian ontologis, antara lain: monisme,
dualisme, pluralisme, nihilisme dan agnostisisme.
3.
Aliran-aliran Ontologi
A.
Monoisme
Paham
ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu
saja, tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi ataupun rohani. Paham ini
kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
1).
Materialisme
Aliran
materialisme ini mengasumsikan bahwa sumber aslinya adalah material, bukan roh.
Aliran pemikiran ini didirikan oleh Thales (624-546 SM), bapak filsafat. Ia
percaya bahwa air asli adalah air karena sangat penting bagi kehidupan. Aliran
ini sering disebut sebagai naturalisme. Menurutnya, benda mati adalah realitas
dan satu-satunya fakta. Hanya ada materi / alam, dan jiwa / roh tidak sendiri.
Anaximander (585-525 SM). Ia percaya bahwa unsur aslinya adalah udara, karena
itu adalah sumber segala kehidupan. Dari segi dimensinya, pengertian ini
biasanya berkaitan dengan atomisme. Menurutnya, semua materi tersusun dari
banyak materi yang disebut unsur. Elemen-elemen ini bersifat permanen dan tidak
bisa dihancurkan. Bagian terkecilnya disebut atom. Demokritos (460-370 SM). Ia
percaya bahwa hakikat alam adalah banyaknya atom, tak terukur dan sangat halus.
Atom-atom ini adalah asal muasal peristiwa alam.
2).
Idealisme
Dealisme
diambil dari kata “pemikiran”, yaitu sesuatu yang ada di dalam jiwa. Proses
tersebut mengasumsikan bahwa pasti ada hal-hal yang tidak terlihat setelah
realitas fisik. Untuk aliran ini, sebenarnya berada di belakang fisika. Itu ada
dalam pikiran, yang hanya bayangan sekolah ini, sementara dan selalu menipu.
Keberadaan benda fisik akan musnah dan tidak akan pernah mengarah pada
kebenaran sejati.
Dalam
perkembangannya, teori pemikiran Plato (428-348 SM) menemukan aliran ini.
Menurutnya, semua yang ada di dalamnya harus ada ide, ide universal tentang
segala sesuatu. Hakikat sejati yang menempati ruangan ini hanyalah cerminan
dari bidang pemikiran. Oleh karena itu, pemikiran ini menjadi inti dari segala
sesuatu dan dasar dari bentuknya.
B. Dualisme
Aliran ini
berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya,
yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua
macam hakikat itu
masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan
keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Perwakilan
dari pemahaman ini adalah Descartes (Descartes (1596-1650 AD)), yang dianggap
bapak filsafat modern. Dia menamakan kedua jenis alam ini dengan dunia
kesadaran (dunia spiritual) dan dunia ruang (dunia material). Ini tercantum
dalam bukunya Discours de la Method (1637) dan Meditations de Prima Philosophia
(1641). Ia juga menjelaskan metodenya dalam buku ini, Descartes (Metode
Meragukan Descartes / Descartes) yang terkenal. Selain Descartes, ada
Benedictus de Spinoza (1632-1677 M) dan Gitifried Wilhelm von Leibniz
(Gitifried Wilhelm von Leibniz). ) (1646-1716 M).
C. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap
macam bentuk merupakan kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa
kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur. Pluralisme
bisa dikatakan pemahaman, yang menunjukkan bahwa realitas alam terdiri dari
berbagai unsur, bukan satu atau lebih unsur, dan mengakui bahwa segala bentuk
adalah benar.
Di
Yunani kuno, jumlah aliran ganda adalah Anaxagoras dan Empedcoles, yang
menunjukkan bahwa zat yang ada terdiri dari empat unsur yaitu tanah, air, api
dan udara. Tokoh pluralisme modern adalah William James, yang mengemukakan
bahwa tidak ada kebenaran sejati yang berlaku universal, bersifat permanen,
independen, dan independen dari nalar atau nalar yang sudah dikenal.
D. Nihilisme
Nihilisme
berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Doktrin
nihilisme sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yakni pada masa peradaban Grogias
(483-360) terbagi menjadi tiga bagian tentang realitas. pertama, Realitasnya
tidak ada. kedua Jika ada sesuatu, maka tidak diketahui. Ini karena kelima
indera ini tidak dapat dipercaya. Kelima indera ini adalah sumber ilusi. Ia
dapat memahami sesuatu dari delusi yang utuh atau ilusi yang tercipta di otak
manusia. Sesuatu. ketiga, Bahkan jika kita bisa memahami kenyataan, kita tidak
bisa memberi tahu orang lain. Oleh karena itu, hal-hal tertentu yang kita alami
dalam pikiran kita hanya akan diketahui oleh orang tersebut jika orang lain
tidak mengetahuinya.
E. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan
manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun ruhani. Kata
Agnoticisme berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown.
A artinya not, Gno artinya know. Paham agnontitisme adalah suatu paham yang mengingkari
kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun
hakikat ruhani. Karena dengan keterbatasan akal yang dimiliki oleh manusialah
yang menyebabkan paham ini tidak mempercayai akan kesanggupan manusia dalam
mengetahui hakikat benda. Kata agnotitisme berasal dari bahasa Grick agnotos
yang berarti Unknown artinya not, Gno artinya Know. Aliran agnontitisme muncul
dikarenakan manusia belum dapat mengenal dan mampu menerangkan secara konkret
akan adanya suatu kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal.
4.
ASPEK
ONTOLOGI
Ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Dalam
kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah
oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya
pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada
hal yang sesuai dengan akal manusia.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan
tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :
a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis; Saling berkaitan satu
sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
c. Koheren; Unsur-unsurnya harus
bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah
berfikir yang benar (logis)
e. Komprehensif; Melihat obyek tidak
hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau
secara keseluruhan (holistik)
f.
Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g. Universal; Muatan kebenarannya
sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.
5.
MANFAAT MEMPELAJARI
ONTOLOGI
Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat
ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
- Membantu
untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran
yang ada.
- Membantu
memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.
BAB 3
PENUTUP
a.
KESIMPULAN
Melalui penjelasan tersebut, penulis
dapat menyimpulkan bahwa ontologi merupakan salah satu bidang penelitian
filosofis tertua. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ontologi
keberadaan. Pada dasarnya, ontologi adalah tentang esensi dari segalanya.
Esensi di sini berarti realitas nyata (bukan bangunan amukan kota laut).
Gagasan pokok pemikiran terdapat
dalam ontologi, yaitu monisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan
agnostisisme. Monisme adalah anggapan bahwa esensi dari asal mula hanya satu.
Asal mula benda bisa jadi materi (air, udara) atau roh. Dualisme
adalah aliran yang mengklaim bahwa asal mula materi terdiri dari dua sifat
(sifat materi dan roh, sifat materi dan roh, dan sifat tubuh dan roh).
Keragaman adalah sebuah konsep, dikatakan bahwa segala sesuatu adalah
kenyataan. Nihilisme adalah konsep yang tidak mengakui validitas pilihan
positif. Ketidaktahuan adalah konsep yang menyangkal kemampuan manusia untuk
memahami esensi sesuatu.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa ontologi mencakup esensi kebenaran dan realitas yang didasarkan pada
pengetahuan ilmiah, yang tidak lepas dari pandangan filosofis tentang apa itu
“wujud” dan bagaimana keberadaannya. Adapun monisme, dualisme, pluralisme,
nihilisme dan agnostisisme serta berbagai nuansanya merupakan ontologi yang
pada akhirnya menentukan pandangan dan keyakinan kita tentang
"eksistensi". (Apa yang terjadi).
DAFTAR PUSTAKA
http://utamiiaaron.blogspot.com/2014/12/makalah-filsafat-ilmu-ontologi-hakikat.html
http://www.makalah.co.id/2012/11/makalah-ontologi.html
https://www.academia.edu/35379227/ONTOLOGI_sebagai_hakikat_ilmu_pengetahuan_docx
https://pemudabebasberkarya.blogspot.com/2018/05/makalah-ontologi-aliran-metode-dan.html
Komentar
Posting Komentar