MAKALAH FILSAFAT ILMU PENGERTIAN, OBJEK DAN STRUKTUR PEMBAHASAN FILSAFAT
KATA PENGANTAR
Puji syukurkehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkatrahmat dan hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
bertema “PENGERTIAN, OBJEK DAN STRUKTUR PEMBAHASAN FILSAFAT ILMU”.
Berdasarkan sumber-sumber yang saya dapat dari
luar maupun dari dalam, walaupun masih banyak kekurangan. Makalah ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai filsafat ilmu.
Diharapkan bahwa makalah ini membantu pembaca
untuk memahami dengan lebih baik tentang filsafat ilmu . Kami menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna, disebabkan karena terbatasnya kemampuan kami, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan dari
pembaca terutama dari ibu Prof. Dr. Mantasiah R., M. Hum sebagai dosen
pembimbing kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
hakikatnya, manusia dikenal sebagai makhluk berfikir, sehinggga ingin
mengetahui segala sesuatu yang belum diketahui. Hal inilah yang menjadikan
manusia istimewa dibandingkan makhluk hidup lainnya. Kemampuan berpikir atau
daya nalar manusialah yang menyebabkannya mampu mengembangkan pengetahuan,
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang
buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus manusia diberikan
berbagai pilihan, dalam melakukan pilihan ini manusia berpegang pada
pengetahuan.
Berpikir,
meneliti dan menganalisa adalah proses awal dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
Dengan berpikir, seseorang sebenarnya tengah menempuh satu langkah untuk
medapatkan pengetahuan yang baru. Aktivitas berpikir akan membuahkan
pengetahuan jika disertai dengan meneliti dan menganalisa secara kritis
terhadap suatu objek. Dalam filsafat ilmu terdapat suatu objek filsafat, yaitu
objek material dan objek formal. Kedua objek inilah yang dijadikan sebagai
bahan penelitian yang digunakan untuk membentuk suatu pengetahuan.
B. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adala sebagai berikut:
1. Apa pengertian filsafat ilmu?
2. Apa
sajakah objek-objek dan struktur filsafat ilmu?
C.
Tujuan
1. Melengkapi
tugas kuliah yang diberikan oleh dosen pembimbing.
2. Mengetahui
tentang pengertian filsafat ilmu.
3. Mengetahui
tentang objek-objek dan struktur filsafat ilmu.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat
berasal dari bahasa Yunani (Philosophia) dari kata Philien artinya mencintai
dan Sophia artinya bijaksana. Jadi
Filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan.
Sumber
dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu yang berusaha keras
dalam mencari kebenaran, yang mana proses tahap mencari kebenaran ada tiga hal,
yaitu:
1) Manusia
bersepikulasi dengan pikirannya tentang semua hal.
2) Hasil
sepikulasi disaring menjadi buah pikiran yang dapat dihandalkan.
3) Buah
fikiran tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran.
Pengertian
filsafat menurut para ahli:
a. Pytagoras
( 572-497 M) ahli filsafat pertama
Filsafat
adalah “lover of wisdom” yang artinya cinta kebijakan, yang memberikan nilai
pada manusia. Wisdom merupakan kegiatan perenungan pada Tuhan.
Menurutnya kebijakan yang paling tinggi hanya dimiliki oleh Tuhan.
b. Al-kindi, merapakan
filosof muslim pertama
Filsafat
adalah hakekat dari segala sesuatu sebatas kemampuan manusia.
c. Al-farabi
Filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki segala hakekat dari yang sebenarnya dari segala
yang ada.
d. The
Lian Gie
Filsafat
ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal
yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia. (A. Fuad Ihsan: 2010)
Dari
beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa “filsafat ilmu
merupakan ilmu yang menyelidiki segala hal yang berkaitan dengan kehidupan
manusia, yang dikupas secara bijaksana dan mendalam sampai mendapatkan hakikat
yang sebenarnya”.
B. Objek
Dan Sstruktur Filsafat Ilmu
Objek
filsafat ilmu adalah suatu bahan yang ditelusuri, diteliti, diselidiki atau
dipelajari, guna untuk memperoleh pengetahuan baru yang diketahui hakikatnya
dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Objek filsafat ilmu dibedakan
menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal.
1.
Objek Material Filsafat Ilmu
Objek
materi adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penilitian atau pembentukan
pengetahuan itu, yang di pandang atau diselidiki oleh disiplin ilmu.
Pengertian
objek materi filsafat menurut para ahli:
1) Louis
O. Kattsof
Objek
material filsafat adalah segala pengetahuan manusia dan segala sesuatu yang
ingin diketahui manusia. (Surajiyo, 2007)
2) A. Fuad Ihsan
Objek
material filsafat yaitu suatu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis
dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara umum. (A. Fuad Ihsan, 2010)
3) M.
Noor Syam
Objek
material filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik
materiil konkret, phisis maupun nonmateriil abstrak, psikhis.termusuk pula
pengertian absrak-logis, konsepsional, spiritual dan nilai-nilai. Dengan
demikian objek filsafat tak terbatas. (Surajiyo, 2007)
4) Dr.
Oemar Amir Hoesen
Masalah
lapangan penyelidikan filsafat adalah karena manusia memiliki kecenderungan
hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang
ada dan yang mungkin ada. Objek yang tersebut di atas adalah menjadi objek
material filsafat. (Surajiyo, 2007)
5) Drs.
H.A. Dardiri
Objek
material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran,
ada dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan.\\
Segala
sesuatu yang ada, itu dapat dibagi dua hal, yaitu:
a) Ada,
yang bersifat umum
Ilmu
yang menyelidiki tentang hal ‘ada’ pada umumnya disebut ontologi
b) Ada,
yang bersifat khusus
Ilmu
yang menyelidiki tentang hal ‘ada’ yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu:
- ‘Ada’
yang mutlak, yang disebut theodicea
- ‘Ada’
yang tidak mutlak terdiri atas alam (kosmologi) dan manusia (antropologi metafisis).
(Surajiyo, 2007)
Dari
beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa “Objek
material filsafat adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian, atau
pembentukan pengetahuan, yang di pandang atau di selidiki, oleh suatu disiplin
ilmu yang mencakup segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada
dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan”.
2.
Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek
formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya
filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu
pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan?, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia?. Problem inilah yang di
bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan
ontologis, epistemologis dan aksiologis.
1) Landasan
ontologis pengembangan ilmu
Landasan
ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaah ilmu pengetahuan
didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang
ilmuan, yang secara garis besar dibedakan atas dua aliran besar yang sangat
mempengaruhi perkembanga ilmu pengetahuan, yaitu materialisme dan
spiritualisme. Materialisme adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap
bahwa tidak ada suatu hal yang nyata selain materi. Spiritualisme adalah suatu
pandangan yang metafisik yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh
yang mengisi dan mendasari seluruh alam.
Pengembangan
ilmu berdasarkan pada meterialisme cendurung pada ilmu-ilmu kealaman dan
menganggap bidang ilmunya sebagai induk bagi mengembangan ilmu-ilmu lain.
Sedangkan spriritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian
dan
menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pengembangan
bidang-bidang ilmu lain.
2) Landasan
epistemologis pengembangan ilmu
Landasan
epistemologis pengembangan ilmu artinya titki tolak penelaah ilmu pengetahuan
didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah metode ilmial, yang secara garis besar dibedakan ke dalam
dua kelompok, yaitu siklus empiris untuk ilmu-ilmu kealaman dan metode linear
untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora.
Cara
keraja metode siklus empiris meliputi obsevasi, penerapan metode induksi,
melakukan eksperimentasi, verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis
yang diajukan, sehingga melahirkan sebuah teori. Adapun cara kerja metode
linear meliputi penangkapan indrawi terhadap realitas yang diamati, kemudian
disusun sebuah pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi tentang
kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan.
3) Landasan
aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan
Landasan
aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan merupakan sikap etis yang harus
dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitanya dengan nilai-nalai
yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktifitas ilmial senantiasa
dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa,
tempat ilmu itu dikembangkan (Rizal Mustansyir, dkk, 2001).
Persoalan-persoalan
dalam kefilsafatan mengandung ciri-ciri seperti yang dikemukakan Ali Mudhofir
(1996), yaitu sebagai berikut:
1) Bersifat
umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek
khusus, dengan kata lain sebagaian besar masalah kefilsafatan berkaitan dengan
ide-ide besar. Misalnya; filsafat tidak menanyakan “berapa uang yang Anda
habiskan dalam satu bulan?”. Akan tetapi filsafat menanyakan “apa kebahagiaan
itu?”.
2) Tidak
menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat
spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas pengatahuan
ilmiah.
3) Bersangkutan
dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan
bertalian dengan pernilaian, baik nilai moral, estesis, agama, dan sosial.
Nilai dalam pengetahuan ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu
hal.
4) Bersifat
kritis, filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep dan
arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa
pemeriksaan secara kritis.
5) Bersifat
sinopti, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara
keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai
keseluruhan.
6) Bersifat
implikatif, kalu sesuatu persoalan filsafat sudah terjawab, maka dari jawaban
tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.
Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh
kepentingan-kepentingan manusia.
Berfikir
kefilsafatan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu
lain. Beberapa ciri berfikir kefilsafatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Radikal,
artinya berfikir sampai ke akar-akarnya, sehingga sampai hakikat atau substansi
yang dipikirkan.
2) Universal,
artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia.
3) Konseptual,
artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia.
4) Koheran
dan konsisten. Koheran artinya sesuai kaidah-kaidah berfikir logis. Konsisten
artinya taat asas, tidak mengandung kontradiksi.
5) Sistematis,
artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling saling
berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6) Komprehensif,
artinya mencakup atau menyeluruh. Berfikir secara kafilsafatan merupakan usaha
untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7) Bebas,
artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan
merupakan hasil pemikiran yang bebas, yaitu bebas dari prasangka-prasangka
sosial, historis, kultural, bahkan religius.
8) Bertanggung jawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir sekalugus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri. (Mustansyir dan Munir, 2001)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Filsafat
Ilmu adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat sangat dibutuhkan
dalam membuktikan suatu aksiden atau fenomena dan Subtansi karena dengan
filsafat lah bisa terbukti sesuatu itu ada atau mungkin ada, karena dengan akal
lah bisa membuktikan suatu substansi dan substansi itu terbentuknya dari
filsafat. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Filsafat ilmu merupakan usaha
merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan
kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu
pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan
metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah
filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan
pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur
dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan
kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan
yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja
penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan
filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan
masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.
Komentar
Posting Komentar