MAKALAH RUANG LINGKUP DAN CABANG – CABANG KAJIAN FILSAFAT
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”ruang lingkup dan cabang-cabang kajian lainnya”. Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang
Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan
dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran
dan usul guna penyempurnaan
makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Makassar, 6 oktober 2020
Kelompok 3
DAFTAR ISI
A. Pengertian dan Ruang
Lingkup Filsafat Ilmu
B. Pengelompokan Filsafat
Ilmu
C. Cabang dan Objek Filsafat Ilmu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat
beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah, dan
menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat,
ilmu pengetahuan, seni dan agama.
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu
adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu
adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Ruang
lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya
mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat pengetahuan
ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan pengetahuan
ilmiah”. Dengan mengetahui ruang lingkup dari filsafat ilmu, maka dapat
diketahui pula pengelompokan dari filsafat ilmu itu sendiri, filsafat ilmu
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu filsafat ilmu umum, dan filsafat ilmu
khusus. Dan filsafat ilmu dapat pula dikelompokkan berdasarkan model
pendekatannya, yaitu filsafat ilmu terapan, dan filsafat ilmu murni.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup dari filsafat ilmu?
2. Bagaimana cabang-cabang dan objek dari filsafat ilmu?
3. Bagaimana hubungan dari filsafat ilmu dengan cabang
filsafat lain?
4. Bagaimana problema dari filsafat ilmu?
C. Tujuan
Permasalahan
1.
Menjelaskan ruang
lingkup dari filsafat ilmu.
2.
Menjelaskan
cabang-cabang dan objek dari filsafat ilmu.
3.
Menjelaskan
hubungan dari filsafat ilmu dengan cabang filsafat lain.
4.
Menjelaskan
problema dari filsafat ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup
Filsafat Ilmu
a)
Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat dalam bahasa Inggris,
yaitu; philosophy, adapun istilah
filsafat berasal dari bahasa yunani; philosophia, dengan terdiri atas dua kata:
philos (cinta) atau phillia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos
(‘hikmah’, kebijaksanaan, intelegensi).
Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau
kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab
disebut failasuf.
Harun Nasution berpendapat bahwa
istilah filsafat berasal dari bahasa Arab Karena orang Arab lebih dulu datang
dan sekaligus mempengaruhi bahasa
Indonesia daripada orang dari bahasa Inggris. Oleh karena itu, dia konsisten
menggunakan kata falsafat, bukan filsafat. Buku-buku mengenai “filsafat”
ditulis dengan falsafat, seperti Falsafah Agama dan Falsafah dan Mistisisme
dalam Islam.[1]
Kendati istilah filsafah yang lebih
tepat adalah falsafah yang berasal dari bahasa Arab. Kata falsafah sebenarnya
bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata Arab yang di
Indonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalny, seperti Masjid menjadi
Mesjid dan Karamah menjadi Keramat. Oleh Karena itu, perubahan huruf a menjadi
huruf I dalam kata falasafah bisa ditolerir.
Lagi pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan
pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyeledikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Adapun
beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:
1)
Upaya spekulasi untuk menyajikan suatu
pandangan sistematik seta lengkap tentang realitas.
2)
Upaya untuk melukiskan hakikat realitas
akhit dan dasar serta nyata.
3)
Upaya untuk menentukan batas-batas dan
jangkauan pengetahuan sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4)
Penyeldikan kritis atas
pengadaian-pengadaian dan penyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai
bidang pengetahuan.
5)
Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu
Anda melihat apa yang Anda katakana dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.
b)
Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM
menjelaskan bahwa ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami,
mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut
adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama.[2]
Menurut Surajiyo, menjelaskan bahwa
terdapat cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu.
Tujuannya adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara
bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah
penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya.
Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu),
metascience (Adi-Ilmu), science of science (ilmu tentang ilmu).
Ruang lingkup filsafat ilmu dalam
bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan,
yaitu: pertama, membahas “sifat pengetahuan ilmiah”. Yang kedua, yaitu menelaah
“cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”. Pada pokok bahasan pertama,
filsafat ilmu berhubungan erat dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi,
yang merupakan bidang kajian filsafat yang secara umum menyelidiki
syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengetahuan manusia. Pada pokok bahasan yang
kedua, yaitu terkait dengan pokok soal “cara-cara mengusahakan pengetahuan
ilmiah”, filsafat ilmu erat hubungannya dengan logika dan metodologi, dan dalam
hal ini kadang-kadang filsafat ilmu dijumbuhkan pengertiannya dengan
metodologi. Jadi, menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM menjelaskan bahwa
filsafat ilmu adalah penyelidikan filosofis tentang ciri-ciri pengetahuan
ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
sesungguhnya merupakan penyelidikan lanjutan.
B. Pengelompokan
Filsafat Ilmu
Menurut
Surajiyo menyebutkan bahwa filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Filsafat
ilmu dalam arti luas;
Menampung
permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:
1) Implikasi
ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah;
2) Tata
susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu;
3) Konsekuensi
pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.
b) Filsafat
ilmu dalam arti sempit.
Menampung permasalahan yang
bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang
menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai
pengetahuan ilmiah.[3]
C. Cabang dan Objek Filsafat Ilmu
a)
Cabang
Filsafat Ilmu
Jika
kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti Aristoteles (384-322SM) dan
Immanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus kajian dalam
karya-karya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga tema besar
tersebut masing-masing dikaji dalam tiga cabang besar filsafat. Kenyataan
merupakan bidang kajian metafisika (ontologi), nilai adalah bidang kajian
aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistemologi.
1.
Ontologi
Dalam kamus besar bahasa indonesia
diterjemahkan makna dari ontologi itu sendiri yaitu cabang ilmu filsafat yang
berhubungan dengan hakikat hidup. Lebih spesifik dalam kuliah prof noeng
menjelaskan bahwa ontologi itu lebih menjelaskan tentang ada, tentang objek
atau esensi keberadaan sesuatu. Objek yang menjadi kajian dalam ontologi
tersebut adalah realita yang ada dan dalam ontologi adalah studi tentang yang
ada yang universal, dengan mencari pemikiran semesta universal. Ontologo
berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau menjelaskan yang
ada dalam setiap bentuknya.
2.
Epistimologi
Dalam kamus besar bahasa indonesia
diterjemahkn makna dari epistemologi adalah cabang dari ilmu filsafat tentang
dasar-dasar dan batasan-batasan pengtahuan.lebih spesifik dijelaskan bahwa
bagaimana kebenaran didapatkan oleh manusia dalam hai ini cara menangkap
keberadaan sesuatu dan mengetahui adanya.
3.
Axiologi
Dalam
kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan makna dari axiologi tersebut adalah
kegunaan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia atau kajian tentang nilai
khususnya etika. Lebih spesifik makna dari axiologi itu adalah tentang nilai
dari adanya sesuatu tersebut. Axiologi itu sendiri terdiri dari 2 cabang ilmu
lain yaitu estetika dan etika.
·
Estetika berhubungan dengan akal, persepsi
dan apresiasikeindahan. Hai ini luas dan meliputi segala sesuatu yang
berhubungan dengan apresiasi seni dan budaya.
·
Etika berkaitan dengan moralitas dan
nilai-nilai. Etika berusaha untuk memahami dasar moral, perkembangannya dan
bagaimana harus diikuti.
b)
Objek
Filsafat Ilmu
Menurut
Surajiyo menjelaskan bahwa filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan
bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan objek formal
tersendiri:
1)
Objek
material filsafat ilmu;
Objek material adalah objek yang
dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh
suatu ilmu itu. objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu
sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.[4]
2)
Objek
formal filsafat ilmu.
Objek formal adalah sudut pandang
darimana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu
adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Problem-problem yang
dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan
ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Landasan ontologis pengembangan
ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan
pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap atau pendirian
filosofis secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua mainstream, aliran besar
yaitu materialisme (pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal
yang nyata selain materi) dan spiritualisme (pandangan metafisika yang
menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari
seluruh alam).
Landasan epistemologis perkembangan
ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan
prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah metode
ilmiah.
Landasan
aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh
seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya. Dengan demikian suatu aktifitas ilmiah senantiasa dikaitkan
dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa, tempat
ilmu itu dikembangkan.[5]
D. Hubungan
Filsafat Ilmu dengan Cabang Filsafat Lain
Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM,
menyatakan bahwa filsafat ilmu bersinggungan dengan bagian-bagian filsafat
sistematik lainnya, seperti ontologi (ciri-ciri susunan kenyataan), filsafat
pengetahuan (hakikat serta otensitas pengetahuan), logika (penyimpulan yang
benar), metodologi (konsep metode), dan filsafat kesusilaan (nilai-nilai serta
tanggungjawab).
Pertama,
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempersoalkan masalah “ada”. Filsafat ilmu
dalam telaahnya terhadap ilmu akan menyelidiki landasan ontologis dari suatu
ilmu. Landasan ontologis ilmu dapat dicari dengan menanyakan apa asumsi ilmu
terhadap objek materi maupun objek formal, apakah objek bersifat phisik ataukah
bersifat kejiwaan.
Kedua,
Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan. Dalam epistemologi yang dibahas
adalah objek pengetahuan, sumber dan alat untuk memperoleh pengetahuan,
kesadaran dan metode, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Epistemologi berkaitan dengan pemilahan dan kesesuaian antara realisme atas
pengetahuan yakni, tentang proposisi, konsep-konsep, kepercayaan, dan
sebagainya.
Ketiga,
Logika adalah cabang filsafat yang persoalannya begitu luas dan rumit, namun ia
berkisar pada persoalan penyimpulan, khususnya berkenaan dengan prinsip-prinsip
dan aturan-aturan yang absah. Penyimpulan yaitu proses penalaran guna mendapat
pengertian baru dari satu atau lebih proposisi yang diterima sebagai benar, dan
kebenaran dari kesimpulan itu diyakini terkandung dalam kebenaran proposisi
yang belakangan.
Keempat,
Metodologi yaitu berkaitan dengan suatu konsep metode. Fungsi metodologi yaitu
menguji metode yang dipergunakan untuk menghasilkan pengetahuan yang valid.
Metodologi meletakkan prosedur yang dipergunakan untuk menguji proposisi.
Prosedur ini dijastifikasi maknanya dengan argumen filosofis.
Kelima, Etika yaitu cabang
filsafat yang mempersoalkan baik dan buruk.
Dalam kaitannya dengan ilmu yaitu berkaitan dengan tujuan ilmu, tanggung
jawab ilmu terhadap masyarakat. Hubungan filsafat ilmu dengan etika dapat
mengarahkan ilmu agar tidak mencelakakan manusia, melainkan membimbing ilmu
agar dapat menjadi sarana mensejahterakan manusia.[6]
E. Problema
Filsafat Ilmu
Menurut Surajiyo, menyatakan bahwa
banyak sekali pendapat para filsuf ilmu mengenai kelompok atau perincian
problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Berikut ini gambaran
problem filsafat ilmu dari beberapa filsuf ilmu.
a)
B.
Van Fraassen dan H. Margenau;
Menurut
kedua ahli ini problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahun-tahun enam
puluhan adalah:
1) Metodologi;
Hal-hal yang banyak diperbincangkan ialah mengenai sifat dasar dari penjelasan
ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas, dan teori pengukuran.
2) Landasan
ilmu-ilmu; Ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian mengenai
landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematika.
3) Ontologi.
Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep substansi, proses,
waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas
teoretis.
b)
Victor
Lenzen;
Filsuf
ini mengajukan dua problem:
1) Struktur
ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah;
2) Pentingnya
ilmu bagi praktik dan pengetahuan tentang realitas.
c)
The
Liang Gie.
Berpendapat bahwa filsafat ilmu
merupakan suatu bagian dari filsafat seumumnya, problem dalam filsafat ilmu
secara sistematis juga dapat digolongkan menjadi enam kelompok sesuai dengan
cabang pokok filsafat. Dengan demikian, seluruh problem dalam filsafat ilmu
dapat diterbitkan menjadi:
1)
Problem
epistemologis tentang ilmu;
2)
Problem
metafisis tentang ilmu;
3)
Problem
metodologis tentang ilmu;
4)
Problem
logis tentang ilmu;
5)
Problem
etis tentang ilmu;
6)
Problem
estetetis tentang ilmu.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir filsafati berarti berpikir
untuk menemukan kebenaran secara tuntas. Analisis filsafati tentang hakekat
ilmu harus ditekankan kepada upaya keilmuan dalam mencari kebenaran, yang
selanjutnya terkait secara erat dengan dengan aspek-aspek moral, seperti
kejujuran.
Dengan mengetahui ruang lingkup
filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup
dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat pengetahuan ilmiah”. Yang
kedua, yaitu menelaah “cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah”.
Sehingga filsafat ilmu mempunyai
wilayah lebih luas dan perhatian lebih transenden daripada ilmu-ilmu. Maka dari
itu filsafat pun mempunyai wilayah lebih luas daripada penyelidikan tentang
cara kerja ilmu-ilmu. Filsafat ilmu bertugas meneliti hakekat ilmu. Diantaranya
paham tentang kepastian, kebenaran, dan objektifitas.
Filsafat ilmu harus merupakan
pengetahuan tentang ilmu yang didekati secara filsafati dengan tujuan untuk
lebih memfungsionalkan wujud keilmuan baik secara moral, intelektual, maupun
sosial. filsafat ilmu bersinggungan dengan bagian-bagian filsafat sistematik
lainnya, seperti ontologi (ciri-ciri susunan kenyataan), filsafat pengetahuan
(hakikat serta otensitas pengetahuan), logika (penyimpulan yang benar),
metodologi (konsep metode), dan filsafat kesusilaan (nilai-nilai serta tanggung
jawab).
DAFTAR PUSAKA
Abdul Halim, 2001. Teologi Islam Rasional, Apresiasi Terhadap
Wacana dan Praksis Harun Nasution. Ciputat. Jakarta.
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2007. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta Liberty Yogyakarta
Surajiyo, 2013. Filsafat Ilmu & Perkembangannya di
Indonesia. Jakarta Bumi Aksara
Rizal Mustansyir, dkk, 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Van Melsen, 1985. Ilmu
Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita Terjemahan K. Bertens, Judul Asli
Wetenschap en Verantwoordelijkkhei. Jakarta Gramedia
The Liang Gie, 2000. Pengantar Filsafat Ilmu (Diperbarui).Yogyakarta
Liberty
[1] Abdul
Halim, Teologi Islam Rasional, Apresiasi Terhadap Wacana dan Praksis Harun
Nasution. (Ciputat. Jakarta. 2001), hal. 19
[2] Tim
Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007) hal. 17
[3] Surajiyo,
Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), hal. 45
[4] Ibid hal. 47
[5] Rizal
Mustansyir, dkk, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), hal. 15
[6] Van
Melsen, Ilmu Pengetahuan dan Tanggung
Jawab Kita Terjemahan K. Bertens, Judul Asli Wetenschap en
Verantwoordelijkkhei, (Jakarta: Gramedia, 1985), hal. 123-4
[7] The
Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Diperbarui), (Yogyakarta: Liberty,
2000), hal. 78-79
Komentar
Posting Komentar